Selasa, 02 November 2010

Estetika Dalam Matematika

Jika kita mendengar kata matematika, hal apakah yang ada di dalam benak kita? Pasti serangkaian bilangan ataupun sistem persamaan yang terlintas di pikiran kita. Kita pasti juga menganggap segala sesuatu yang sulit, rumit, dan pelik ada di dalam matematika. Persepsi ini yang menjadikan diri kita sulit mempelajari suatu hal yang sebenarnya mudah untuk dipelajari dan dikuasai ilmunya, yaitu ilmu matematika. Suatu hal yang mungkin saja terjadi bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan untuk dipelajari, seperti yang dirasakan beberapa orang tertentu.
Pada umumnya siswa ataupun mahasiswa menganggap matematika adalah film horror bagi mereka. Sedangkan guru matematika atau dosen pengampu matematika mereka anggap sutradara film horror. Sehingga ketika para siswa maupun mahasiswa akan menerima ilmu, mereka sudah ketakutan terlebih dahulu, sehingga ilmu yang mereka pelajari tidak akan terserap dengan baik. Masuk ke kelas saja sudah enggan apalagi sampai mengerjakan tugas yang diberikan pengajar kepada kita, suatu hal yang sulit dilakukan jika matematika dianggap momok berat bagi kita.
Kalau kita melihat betapa senangnya orang yang belajar tentang seni. Seni adalah sesuatu yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, dan kita nilai dari unsur keindahan. Keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan. Jadi memang semestinya orang akan senang jika ia mempelajari sesuatu yang berbau hal yang menyenangkan. Jika dengan belajar seni kita bisa senang karena keindahan, mengapa kita tidak senang dengan matematika? Atau karena matematika tidak memiliki unsur keindahan atau aspek estetika?
Matematika juga memiliki nilai atau unsur keindahan. Banyak aspek estetika yang bisa ditemukan dalam ilmu matematika. Teka-teki matematika merupakan salah satunya. Di dalam teka-teki matematika terdapat unsur yang menarik. Unsur yang menarik tersebut tentunya adalah unsur-unsur yang mengandung nilai keindahan. Dimanakah letak nilai keindahannya? Nilai keindahannya terletak pada bahasanya yang menggunakan kata-kata yang sulit untuk dipahami maksudnya, karena merupakan teka-teki maka jawabannya pasti sulit. Terkadang matematika tidak selalu menggunakan angka, tetapi bisa juga menggunakan kata-kata. Kita tahu bahwa dalam soal cerita matematika, biasanya dituliskan dengan kata-kata, seperti halnya teka-teki matematika juga dituliskan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, nilai keindahan dalam teka-teki matematika tersebut adalah terletak pada keindahan kata-kata atau bahasanya. Keindahan bahasa biasanya masuk dalam kategori sastra, namun dalam hal ini kita melihat keindahan bahasa teka-teki matematika tersebut merupakan bagian dari estetika atau seni.
Para Ilmuwan yang mendalami dan meneliti bidang matematika sangat senang ketika melakukan sesuatu dengan matematika. Mereka yang berminat kepada matematika seringkali menjumpai suatu aspek estetika tertentu di bidang matematika. Banyak matematikawan berbicara tentang keanggunan matematika, estetika yang tersirat, dan keindahan dari dalamnya. Kesederhanaan dan keumumannya dihargai. Terdapat keindahan di dalam kesederhanaan dan keanggunan bukti yang diberikan, misalnya bukti Euclid, yaitu bahwa terdapat tak terhingga banyaknya bilangan prima. Di dalam metode numerik yang anggun bahwa perhitungan laju, yaitu transformasi Fourier cepat oleh G. H. Hardy di dalam A Mathematician's Apology mengungkapkan keyakinan bahwa adanya penganggapan estetika ini. Di dalamnya sendiri cukup untuk mendukung pengkajian matematika murni. Para matematikawan sering bekerja keras menemukan bukti teorema yang anggun secara khusus, Kemudian estetika matematika juga bisa disebut matematika rekreasi. Rekreasi dapat diartikan keadaan ketika seseorang sedang menikmati suatu hal, salah satunya keindahan, ia akan merasa senang karenanya. Kepopularan matematika rekreasi adalah isyarat lain bahwa kegembiraan banyak dijumpai ketika seseorang mampu memecahkan soal-soal matematika.
Leonardo Da Vinci, pelukis lukisan Monalisa, ternyata adalah penggemar matematika. Meskipun ia bukan seorang matematikawan, ia sering menggunakan persamaan matematika sebelum melukis. Ia melakukan ini semata-mata untuk kepuasan batin agar ia lebih leluasa dan mendapatkan inspirasi dalam melukis. Di satu sisi juga dapan menyaimbangkan penggunaan otak kanan dengan otak kirinya. Kita tahu bahwa otak kanan sebagai pusat kreatifitas, sedangkan otak kiri digunakan untuk berpikir. Dari pernyataan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa nilai matematika rekreasi juga mempengaruhi emosi jiwa seseorang.
Pada dasarnya estetika dalam matematika dapat ditemukan, tergantung pada masing-masing individu menyikapinya. Jika mereka senang dan gembira saat menyusun persamaan matematika dan mampu menyelesaikannya masalah persamaan dengan benar, merekalah yang memiliki potensi untuk bisa menemukan nilai estetika dalam matematika. Tidak hanya itu, mereka juga harus selalu ingin berhubungan dengan hal-hal berbau matematika, sehingga matematika mereka jadikan sarana rekreasi demi tercapai kesenangan dan kegembiraan.

Tinggalkan Pesanmu...